Kehidupan Masyarakat Dayak. Adat non-Muslim di pulau kalimantan, yang sebagian besar secara tradisional tinggal di sepanjang tepian sungai-sungai besar. Bahasa mereka semua termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia (Melayu-Polinesia) cabang Indonesia.
Kehidupan Masyarakat Dayak adalah
Istilah umum yang tidak memiliki makna etnis atau suku secara pasti. Khususnya di kalimantan, Indonesia, istilah ini diterapkan pada masyarakat adat (non- Muslim ) yang tinggal di pedalaman pulau (berbeda dengan sebagian besar penduduk Melayu di wilayah pesisir)
Kehidupan Masyarakat Dayak Di Kalimantan Malaysia ( Sarawak dan Sabah)
Kata ini digunakan kurang luas dan sering dipahami secara lokal untuk merujuk secara khusus pada Iban (sebelumnya disebut Dayak Laut) dan Masyarakat Bidayu (sebelumnya disebut Tanah Dayak).
Kehidupan Masyarakat Dayak Pada pergantian abad ke-21
Populasi Dayak di Kalimantan diperkirakan berjumlah sekitar 2,2 juta jiwa. Meskipun garis demarkasi sering kali sulit ditentukan, subkelompok Dayak yang paling menonjol adalah subkelompok Dayak kenyah (di Kalimantan biasa disebut Bahau) dan Kenya.
Terutama di bagian tenggara Sarawak dan Kalimantan bagian timur
Ngaju Kalimantan tengah dan selatan; Bidayuh di barat daya Sarawak dan Kalimantan barat dan Iban dari Sarawak.
Di masa lalu, praktik keagamaan masyarakat Dayak
Sangat maju dan kompleks melibatkan banyak roh lokal dan binatang pertanda. Peperangan antar suku merupakan hal biasa, dengan pengayauan sebagai ciri utamanya.
Namun, sejak pertengahan abad ke-20
Masyarakat Dayak terus menganut paham Anglikan, Katolik Roma dan Protestan pada awal abad ke-21 sebagian besar penduduknya beragama Kristen.
Kehidupan Masyarakat Dayak Secara historis, masyarakat
Sungai ini sebagian besar tinggal di komunitas rumah panjang, jarang beranggotakan lebih dari beberapa ratus, dan menelusuri garis keturunan mereka melalui garis laki-laki dan perempuan. Keluarga adalah unit dasar, dan anak-anak tetap bersama orang tuanya sampai menikah.
Meskipun kurangnya persatuan antar kelompok
Terkait erat dalam bahasa, adat istiadat, dan perkawinan, seorang anak laki-laki sering kali mencari calon istrinya di luar desanya dan tinggal di komunitasnya.
Kehidupan Masyarakat Dayak Namun dalam masyarakat masa kini
Banyak pemuda dan pemudi Dayak meninggalkan rumah sebelum mereka menikah, seringkali untuk belajar atau bekerja di daerah perkotaan; banyak juga yang mencari pekerjaan di pedesaan, biasanya di kamp penebangan kayu atau di perkebunan kelapa sawit.
Di kalangan suku Iban dan Bidayuh
Tidak pernah ada pembedaan golongan yang formal. Sebaliknya, suku Kayan dan Kenyah secara tradisional mengakui tiga lapisan utama masyarakat—lapisan atas yang terdiri dari keluarga dan kerabat dekat kepala desa.
Lapisan tengah yang terdiri dari penduduk desa
Biasa, dan lapisan bawah yang terdiri dari tawanan perang dan orang-orang yang dipandang rendah. atas karena berbagai alasan. Meskipun masih diakui oleh banyak orang lanjut usia di desa saat ini, perbedaan kelas telah kehilangan banyak maknanya bagi generasi muda.
Sebagian besar perekonomian desa Dayak
Didasarkan pada perladangan berpindah dari sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup (bukan untuk dijual). Memancing dan berburu merupakan kegiatan tambahan. Peralatan besi tradisional, seperti parang dan tombak, masih penting, meskipun sumpitan merupakan artefak budaya yang paling penting di abad ke-21.